![]() |
Pecel Brunul Mbak Wiek |
Mbak Wiek memberi nama daganganya, Pecel Godong Jati, tapi saya lebih suka menyebutnya Pecel Brunul.
Mengapa?
Saya suka dengan sambal pecelnya yang menyimpan brunul brunul ( Semacam pecahan butiran kacang kecil kecil). Meskipun agak kasar di lidah, tetapi ada sensasi tersendiri yang mampu mengingatkan saya pada Madiun.
Pecel Brunul atau Godong jati ini tersedia di lapangan Gulun, jika kalian sedang berada di Madiun, cek poin yang mudah dari belakang pasar besar Madiun, kearah timur, ketemu deh lapangan gulun.
Mbak Wiek tinggal daerah Dungus. Di masa lampau daerah tersebut memang banyak penjual pecel gendong,
Umunya para penjual dari desa ini menggunakan daun jati, tak heran karena daerah Dungus adalah kawasan hutan jati.
Sedang penjual dikota Madiun umumnya menggunakan daun pisang.
Ciri khas lain dari pecel ini, Mbak Wiek menyiapkan nasinya dengan kayu bakar, jadi aroma asap- asapnya masih tersisa.
Penduduk Madiun, umumnya menjadikan nasi pecel sebagai sarapan pagi dalam keseharian.
Sehingga lauk-lauk yang tersedia di warung warung pecel, juga merupakan lauk sehari hari, seperti tempe, kering, ataupun heci.
Porsi nasi untuk warung pecel diMadiun umumnya sedikit, jadi cocok untuk sarapan. Berbanding terbalik dengan masyarakat Surabaya yang pedagangnya memberikan ukuran jumbo, meski untuk sarapan.
Keistimewaan lainnya Mbak Wiek ini telah berada di lapangan Gilun sejak jam 6 pagi... tapi tidak lama, jam 9 atau jam 10 biasanya dagangan sudah ludes.
Banyak lagi keistimewaan nasi pecel Mbak Wiek ini. Simak kontennya aja yuk. klik disini
Oh jadi brunul itu istilah utk butiran2 kacang yg nggak halus ya mba..semacam printilan klo kata sayaa hehe.. Wah jadi pengen nyobain nih pecel brunul ini. Pecel Madiun memang sedep buat sarapan ya..
BalasHapusBetul Mbak, brunul brunulan atau prentul prentul.. entah mana yang lebih dikenal ya..
Hapus